SESUATU BANGET YA KAK?
SESUATU YANG GREGET |
Abis keramas yahh” Kataku dalam hati
Kak Endah berkata mengapa senyum senyum sendiri dek??
Tak, siapa yang senyum senyum weee”kataku.
Mmm enak! ”, kataku sembari menyogok sesendok nasi goreng hangat.
“Mandi dahulu sana, basic jorok! ”, kata kak Endah sembari meletakan piring yang dipegangnya.
“Jorokan juga kak Endah, gituan dijilatin hiiii…. ”, kataku dalam hati, namun lalu bergegas mandi, eh keramas juga!
Fresh setelah mandi, nyaris saya balik lagi saat mengerti dimeja makan Kak Endah tengah sarapan ditemani kak Sinta.
“Ikutan Indonesian Idol dong ted!, janganlah hanya berani nyanyi dikamar mandi saja! ”, itu kalimat yang pertama kudengar dari kak Sinta.
Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah! namun matanya itu! saya rasakan keliaran dimatanya saat menatapku yang cuma terbungkus handuk sepinggang.bandarq
“Eh, maaf kirain tidak ada kak Sinta, maaf yah…permisi! ”, kataku sembari berlalu.
Cepat-cepat saya ubah pakaian, menyisir rambut.
Ah mengapa saya mau terlihat keren. Lantaran ada kak Sinta yang cantik kali ya? Pandang dari kiri serta kanan. Sip! Turun kembali pada lantai bawah, nikmati dua muka cantik, serta sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis.
“Nih buruan, sarapan dahulu! ”, kak Endah yang lalu menyuruhku sarapan, sesaat mereka sendiri sudah usai. bandarq
Kak Endah berkata mengapa senyum senyum sendiri dek??
Tak, siapa yang senyum senyum weee”kataku.
Mmm enak! ”, kataku sembari menyogok sesendok nasi goreng hangat.
“Mandi dahulu sana, basic jorok! ”, kata kak Endah sembari meletakan piring yang dipegangnya.
“Jorokan juga kak Endah, gituan dijilatin hiiii…. ”, kataku dalam hati, namun lalu bergegas mandi, eh keramas juga!
Fresh setelah mandi, nyaris saya balik lagi saat mengerti dimeja makan Kak Endah tengah sarapan ditemani kak Sinta.
“Ikutan Indonesian Idol dong ted!, janganlah hanya berani nyanyi dikamar mandi saja! ”, itu kalimat yang pertama kudengar dari kak Sinta.
Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah! namun matanya itu! saya rasakan keliaran dimatanya saat menatapku yang cuma terbungkus handuk sepinggang.bandarq
“Eh, maaf kirain tidak ada kak Sinta, maaf yah…permisi! ”, kataku sembari berlalu.
Cepat-cepat saya ubah pakaian, menyisir rambut.
Ah mengapa saya mau terlihat keren. Lantaran ada kak Sinta yang cantik kali ya? Pandang dari kiri serta kanan. Sip! Turun kembali pada lantai bawah, nikmati dua muka cantik, serta sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis.
“Nih buruan, sarapan dahulu! ”, kak Endah yang lalu menyuruhku sarapan, sesaat mereka sendiri sudah usai. bandarq
AGEN POKER ONLINE - Saya lantas sarapan dengan dipantau oleh dua mahluk cantik yg tidak cepat-cepat beranjak dari meja makan. Mereka terlibat perbincangan ngalor ngidul sekitar dunia kerja. Sesekali saya menimpali walau mungkin saja tidak nyambung. “Dasar kuli, hari libur gini masih tetap saja ngurusin kerjaan! ”, saya membatin.
“Tumben dihabisin? ”, kata kak Endah lihat saya makan dengan lahap.
“Abis enak sih! ”,
“Biasanya, dia tuh! sulit makannya, di masakin ini-itu…! ”,
“Bohong kak! janganlah dengarkan! ”, kataku menimpali perkataan kak Endah
“Alah… memang umumnya gitu kok! ”, kak Endah memotong ucapanku. Kak Sinta cuma tersenyum saja. Manis lagi senyumnya.
Mmmuah! mau terasa kusentuh bibirnya itu.
Seminggu berlalu, setiap hari rasanya aku menjadi tambah bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Endah dan kak Sinta. Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Endah. Mungkin karena ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya.
Aku merasa bersalah karena kemudian khayalanku semakin kacau. Aku begitu terobsesi dengan kak Endah. Setiap menjelang tidur, pikiranku melayang-layang membayangkan kak Endah. Aku ingin merasakan kehangatan tubuh mulusnya, mengecap setiap inci kulit halusnya. …ahhhhhh…..!!!
Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Endah membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang lagi dijemur saja aku terangsang.
Bahkan entah berapa kali ketika kak Endah tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Endah menjadi objek fantasiku.
Dan makin lama aku makin berani, hingga aku melakukan self service, di kamar kak Endah, ketika tidak ada kak Endah tentunya. Seperti siang itu, sebotol Hand Body Lotion milik kak Endah kugenggam erat.bandarq
“Tumben dihabisin? ”, kata kak Endah lihat saya makan dengan lahap.
“Abis enak sih! ”,
“Biasanya, dia tuh! sulit makannya, di masakin ini-itu…! ”,
“Bohong kak! janganlah dengarkan! ”, kataku menimpali perkataan kak Endah
“Alah… memang umumnya gitu kok! ”, kak Endah memotong ucapanku. Kak Sinta cuma tersenyum saja. Manis lagi senyumnya.
Mmmuah! mau terasa kusentuh bibirnya itu.
Seminggu berlalu, setiap hari rasanya aku menjadi tambah bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Endah dan kak Sinta. Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Endah. Mungkin karena ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya.
Aku merasa bersalah karena kemudian khayalanku semakin kacau. Aku begitu terobsesi dengan kak Endah. Setiap menjelang tidur, pikiranku melayang-layang membayangkan kak Endah. Aku ingin merasakan kehangatan tubuh mulusnya, mengecap setiap inci kulit halusnya. …ahhhhhh…..!!!
Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Endah membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang lagi dijemur saja aku terangsang.
Bahkan entah berapa kali ketika kak Endah tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Endah menjadi objek fantasiku.
Dan makin lama aku makin berani, hingga aku melakukan self service, di kamar kak Endah, ketika tidak ada kak Endah tentunya. Seperti siang itu, sebotol Hand Body Lotion milik kak Endah kugenggam erat.bandarq
AGEN DOMINO ONLINE - Aku terlentang diatas spring bad kak Endah. Isi lotion telah kukeluarkan sehingga melumuri kemaluanku yang mengacung. Kuurut perlahan, menikmati sensasi yang membuai, sambil sesekali aku menciumi celana dalam pink kak Endah. Aku benar-benar hanyut dan terbuai dalam kenikmatan. Sehingga aku tak begitu menghiraukan ketika ada suara-suara didepan rumah. Ah… kak Endah biasanya pulang jam 6.30, sekarang
baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh…..
Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga….
Jeckrek !!! kunci pintu depan dibuka dari luar, lalu pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! aku sungguh panik. Kak Endah Pulang !!!
Dengan gemetar dan penuh ketakutan aku mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue !
Tak dapat dicegah karena pintu kamar memang tak kukunci. Blak…pintu didorong dari luar…
“Dedi…! Ngapain kamu ?”, mata kak Endah menatapku tajam.
“ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat.
Wangi Hand Body Lotion tercium kemana-mana. Keringat dingin membasahi tubuhku yang hanya mengenakan training. Napasku tercekat manakala menyadari tatapan kak Endah ke atas tempat tidur, celana dalam ka Endah, langerie kak Endah, bantal guling, dan celana dalamku yang tak sempat kupakai atau kusembunyikan. Shittttt….sialan!
Kak Endah menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Endah pastinya dapat menebak kelakuanku.
“Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan susah payah aku bersuara. Tapi kak Endah tak memperdulikanku. Ia berlalu, langkah kakinya menjauhi kamar.
Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka.
Bergegas aku membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Endah !
“Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding.
“Bodoh, bodoh !”, aku mengutuk diriku sendiri. Aku malu sekali. Dengan penuh ketakutan aku bergegas ganti baju. Pikiranku kacau sekali. Aku dengan mengendap keluar rumah, motorku-pun kudorong keluar halaman.
Lalu aku kabur…ketempat kost temanku.
Tiga hari saya aku tidak pulang, rekanku hingga terheran-heran dengan kelakuanku. Namun saya taruh rapat-rapat permasalahan yang sesungguhnya. Saya cuma katakan lagi berantem sama kakaku.
Semula saya kebingungan juga kelamaan tak pulang, ingin pulang juga terasa bagaimanakah. Tetapi suatu telpon dari kak Endah bikin seluruhnya tambah baik,
“Dedi anda kemana saja? anda di mana? ”, terdengar nada kak Endah di HP ku, datar. “mm ng… dirumah teman kak? ”, kataku sedikit bergetar.
“Pulang…nanti jika mamah nanya bagaimana? ”, nada kak Endah masih tetap terdengar datar.
Namun sekurang-kurangnya hal semacam itu membuatku sedikit lega. “Iya kak! ”, lantas tidak terdengar lagi nada kak Endah. Saya tertegun sebagian waktu, tetapi lalu saya mengambil keputusan untuk pulang.
Tiba dirumah, tatapan kak Endah menyambutku. Saya tidak berani memandang berwajah. “kamu kemana saja? ”, nada kak Endah masih tetap terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari rumah Wawan kak! ”,bandarq
“Makan dulu…tuh kakak telah masak! ”, terdengar nada kak Endah dari ruangan tengah. “Iya kak! ”, bergegas saya ke meja makan. Melahap makanan yang ada dimeja makan, memang gua laperrrr!
Besoknya, situasi masih tetap merasa sangat hambar.
Kak Endah tidak mengucap sepatah katapun. Ia buang muka saat berpapasan dengan saya yang punya maksud ke kamar mandi. Usai mandi, ubah pakaian, kembali keruang makan. Saya serta kak Endah sarapan seperti umumnya, namun terasa situasi benar-benar mencekam.
Kak Endah terlihat cepat-cepat merampungkan sarapannya. Akupun bergegas menggunakan bekas makananku.
“Kak, maafin Dedi yah! ”, kataku sembari meletakan gelas yang airnya habis kuteguk.
Kak Endah tidak bertemura, namun matanya menatapku, penuh keheranan serta sinyal bertanya, atau mungkin saja tatapan apakah itu berarti.
Entahlah.
AGEN CAPSASUSUN ONLINE - Sekian hari setelah kondisi dirumah mulai merasa normal, malam itu kak Endah diruang tengah nonton TV atau mungkin saja membaca majalah. Entahlah atau dapat kedua-duanya, soalnya TV dinyalakan namun ia asik membaca majalah sembari telungkup dipermadani. Dagunya diganjal dengan bantal guling. Saya lalu duduk disofa, pas dibelakangnya. Terasa tubuhku gemetar melihat pandangan di hadapanku. Sittttt!!!! Pikiran gilaku melintas lagi.
Pantat kak Endah yang cuma dilapis selembar pakaian tidur tidak tebal demikian indah tampak. Garis celana dalam yang dikenakanya terlihat menggurat. Betisnya itu, alamak. Saya tidak tahan mau mengecapnya dengan lidahku. Dan…
“Bikin minum dong, haus nih…! ”, Kak Endah membalikan tubuhnya, serta lihat kearahku yang tengah nikmati sisi belakang badannya.
“Orange, atau susu? ”, tanpa ada sadar saya melirik kearah dadanya.
Kak Endah rasakan pandangan mataku, ia membenarkan leher pakaiannya.
“Susu deh! namun janganlah penuh-penuh yah! ”,
“Ok! ”, lantas saya pergi ke ruangan samping. Seperti kesukaannya bila buat susu ia pasti cuma minta 1/2 gelas.
“Takut tidak abis”, tuturnya!
“Nih kak! ”, kataku sembari menempatkan gelas susu disamping kanan. Lantas saya bergerak kesebelah kiri kak Endah. Kak Endah selekasnya mereguk minuman yang kusediakan untuk dia itu. Saya sendiri mencapai majalah yang tengah di baca Kak Endah.
“Ih apaan nih, sini! orang lagi di baca juga! ”, kak Endah berupaya mencapai majalahnya kembali. Pada akhirnya kulepaskan. Saya mengambil remote TV. Sembari tengkurap disamping kak Endah, saya memindah-mindah chanel.
“Kebiasaan Dedi mah, pindah-pindah selalu, balikin TransTV! ”, tuturnya sembari berupaya mencapai remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV.
Lantas saya memiringkan tubuh, saat ini saya menghadap kearah kak Endah. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali.
Lantas saya mutup ke-2 mataku rapat-rapat.
“Kak ingin bertanya, bisa? ”, kataku sembari terus memejamkan mata.
“Tanya apa sih! ”, ia menjawab tanpa ada melihat.
“ng…mmmm mengapa Dedi terakhir jadi aneh yah? ”,
“Maksudnya apa? ”,
“Tapi kak Endah janganlah geram yah! ”,
“Akhir-akhir ini, Dedi kerap error. Pikiranya yang begituuu.. saja.
Tidak siang tidak malem, pusing deh! ”,
“Mikirin apa sih? ”,
“Ah… kak Endah ini. Maksud Dedi… mmm janganlah geram yah. Terasa Dedi mudah terangsang deh! ”, kubuka mataku, keterkejutan terlihat diwajah kak Endah. Lantas ia menghela nafas panjang.
“Kebanyakan nonton film buruk kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar buruk seperti gitu! ”,
“Bisa juga sih…, bila masturbasi bahaya tidak sih kak? ”, saya kembali melemparkan pertanyaan yang mengagetkannya.
”Apaan sih gituan ditanya-tanyain?! ”, terlihat kak Endah agak gusar menimpali pertanyaanku.
“Kalau kata teman Dedi sih, mendingan masturbasi dari pada main sama cewek nakal, dapat penyakitan! ”,
Tidak terdengar komentar. Waduh saya kehabisan kalimat.
“Sebenarnya dikarenakan kak Endah sih! ”, serta saya menanti. Benar saja, kak Endah bereaksi. Ia menatapku penuh bertanya.
“Menurut suatu survai, 60 persen wanita lajang lakukan masturbasi, bener kan? ”, saya kembali melemparkan pukulan kalimat.
“Kata siapa anda? ”,
“Kata koran dannnnn… lubang kunci! ”,
“Maksud Dedi apa sih…? Kakak jadi pusing! ”,
“Dedi tahu rahasia kak Endah! ”,
“Rahasia apa? ”,
“Kak Endah sukai menggeliat-geliat di tempat tidur tanpa ada baju serta memeluk bantal guling! ”, pada akhirnya. Mata Kak Endah membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa geram serta malu, namun ia berupaya menutupinya.
“Kamu ngintip? ”,
“Gak berniat sih…! ”, kubenamkan mukaku dipermadani sembari menanti dampak setelah itu.
“Tapi tenang saja. Rahasia kak Endah aman kok ditangan Dedi.
Serta rahasia Dedi ada ditangan kak Endah.
Keduanya sama aman ok?! ”, Kak Endah tidak bertemura. Betul-betul terdiam. Ia jadi membolak-balikan halaman majalah.
“Meskipun ada satu rahasia lagi! ”, terlihat muka kak Endah kembali menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang saat ini juga menatapnya.
“Kak Sinta…! ”, kataku. Kak Endah betul-betul terhenyak. Ia bangkit sampai terduduk. Saya membalikan tubuh, terlentang disamping kak Endah.
“Tenang saja. Dedi tidak bakal membocorkannya ke siapa-siapa kok! ”,
“Dedi tahu seluruhnya? ”, kata kak Endah mendadak.
Pandangan matanya saat ini memelas serta penuh ketakutan.
Saya menganggukan kepala.
“Jangan katakan siapa-siapa, janganlah katakan mamah.
Please! ”, kak Endah mengguncang bahuku.
“Tenang…pokoknya aman! ”,
Kak Endah terlihat gelisah. Saya tak tega melihatnya.
Kak Endah yang sangatlah baik padaku sudah saya antarkan disuatu keadaan serba salah serta menakutkan baginya. Namun sudahlah.
Mendadak terdengar dering telp, bergegas saya bangun serta mengangkat gagang telpon.
“Halloo..! ”, terdengar nada wanita diseberang sana.
“Hallo…! ”, kataku
“Ini Dedi yah?, kak Endah ada? ”, nada itu terdengar lembut.
“ng.. ini siapa yah? ”, kataku sembari menduga-duga.
“Ini Sinta…kak Endah-nya ada? ”,
“Ada…sebentar ya kak! ”, kataku.
“Kak… ini kak Sinta! ”, kataku pada kak Endah. Kulihat mendadak expresi kak Endah menegang. Tetapi tidak urung ia mendekatiku, serta terima gagang telephone yang kusodorkan.
“Haloo.. ”,
Saya bergegas pergi, tidak mau mengganggu “sepasang kekasih” yang telepon-an. Saya naik ke lantai atas, menuju kekamarku sendiri. Kukunci pintu kamar, mematikan lampu, dengan perasaan campur aduk.
Sebagian waktu lalu kudengar langkah kaki kak Endah di tangga menuju kearah kamarku. Lantas mendadak saya mendengar ketukan serta nada kak Endah.
Saya terdiam, menanti. “Dedi…! ”, kembali terdengar ketukan. Kunyalakan lampu lantas buka kunci pintu kamar.bandarq
Tanpa ada kupersilahkan kak Endah menyeruak masuk lantas duduk di tepi tempat tidur. “Dedi…”, kak Endah mendadak memecahkan keheningan.
Saya yang akan menyalakan rokok, melihat.
Kulihat kak Endah menatapku dalam-dalam. Kelihatannya ada suatu hal yang mau disampaikanya. Tidak jadi menyalakan rokok. Saya menarik kursi, serta membalikanya hingga menghadap kearah kak Endah. Lantas saya duduk di hadapan kak Endah. “Dedi dapat pegang rahasia kan? ”, ia menatapku sungguh-sungguh. Ada ketakutan dimatanya
“Masalah apa? ”,
“Sinta…! ”,
“Oh…! ”, saya mengangguk perlahan-lahan.
“Jangan hingga Mamah tahu! ’,
Saya cuma menatapnya, lantas tersenyum hambar.
“Janji?! ”, kak Endah menatapku dalam-dalam.
“Janji! ”, kataku sambl mengacungkan telunjuk serta jari tengahku.
“Dedi bisa minta apa saja, pasti kakak turutin, prasyaratnya satu, tidak bisa bocorin rahasia! ”,
“Tenang…aman! ’, kataku agak bergetar.
“Dedi ingin minta apa sama kaka? ”, kelihatannya kak Endah coba bernegosiasi, he he….
“ng…gak minta apa-apa deh…mmm…”, sungguh tidak terpikir untuk minta suatu hal pada kak Endah, lagi juga saya sekalipun tidak kepirkiran untuk mengungkapkan rahasianya. Tetapi tatapan liarku kearah dada ka Endah sungguh dinterpretasikan oleh kak Endah.
“Kakak tahu kok apa yang Dedi kehendaki, sini…! ”, kak Endah menepuk spring bad, mungkin saja tujuannya menyuruhku duduk disebelahnya. Saya sangsi sebentar.
“Sini….! ”, tuturnya mengulang.
Walau sangsi saya lalu beranjak, serta dengan bingung saya duduk disampingnya. Darahku berdesir waktu jemari lembut kak Endah menyeka punggung tanganku. Lantas ia mencapai telapak tanganku.
Jemari tanganku digenggamnya.
“Pasti Dedi saat ini lagi error! ”, mendadak kak Endah berkata datar,
“Apaan sih kak? ”, kataku agak jengah.
“Pake pura-pura lagi! ”, kak Endah mendorong badanku.
Lantaran Kak Endah memberi isyarat supaya saya terlentang jadi saya selekasnya terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai.
“Dedi ingin ini kan? ”, jemari kak Endah merayapi pahaku.
Saya terhenyak menahan nafas. Lalu kak Endah tanpa ada sangsi mulai meremas kemaluanku perlahan-lahan, ahh….., ke-2 lututku terangkat parlahan, lantas kuturunkan lagi.
“Kak…”, kataku lirih
“sst…kakak tahu apa yang Dedi kehendaki, tenang aja…”, kak Endah betul-betul meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan-lahan merayap, bersamaan semakin mengerasnya batang kemaluanku. Kuraih bantal, kudekap sampai menutupi mukaku. Rasa jengah serta nikmat membaur jadi satu.
“Pake malu-malu lagi! ”, kak Endah memaksaku melepas bantal. Pada akhirnya buat aku cuma dapat tutup mata serta nikmati gelenyar kesenangan dari tiap-tiap remasan tangan kak Endah. “Ah…shhh.. kak….! ”,
Tanganku perlahan-lahan merayap kearah pinggang kak Endah, meremasnya perlahan-lahan bersamaan geliat kesenangan. Saya makin berani lantaran kak Endah tidak menampik remasan tanganku dipinggangnya.
Mendadak, “Udah ya…cukup segitu saja! ”, mendadak kak Endah hentikan remasan tanganya.
“Ah kakak! ”, saya merintih kecewa, nyaris saya melonjak bangun.
“Kenapa? ”, ia menatapku, suatu senyum seakan menggoda saya yang tengah konak. “Tanggung…please…! ”, saya merintih serta memelas.
“Dasar…. ”, tuturnya sembari memijit hidungku.
Tanpa ada sangsi saya melepas training yg kukenakan, kemaluanku yg sungguh sudah mengeras, mendongak…
Terlihat ada rasa jengah pada tatapan kak Endah, saya bangkit dari tidurku, “Please…! ”, lantas kuraih tangan kak Endah supaya menjamah kemaluanku. Pada akhirnya tidak urung kak Endah menuruti kemauanku.
Kembali kuhempaskan badan, lantas menanti kak Endah lakukan hal yg semestinya. Tangan lembut serta halus kak Endah menggenggam kemaluanku, kelihatannya ia agak sangsi, tubuhku mengerjap sebentar, saat tangan kak Endah mulai meramas kemaluanku dengan perlahan-lahan. Kupenjamkan mata, nikmati tiap-tiap kesenangan yang datang.
Makin lama hasratku makin kuat. Saya merintih, mendesah serta sesekali menggeliat.
Remasan tangan kak Endah memanglah nikmat, tetapi makin lama saya inginkan lebih, lantas saya mencapai Hand Body dari sela-sela tepi springbad, dengan gemetar kusodorkan pada kak Endah.
“Apa ini? ”,
baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh…..
Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga….
Jeckrek !!! kunci pintu depan dibuka dari luar, lalu pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! aku sungguh panik. Kak Endah Pulang !!!
Dengan gemetar dan penuh ketakutan aku mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue !
Tak dapat dicegah karena pintu kamar memang tak kukunci. Blak…pintu didorong dari luar…
“Dedi…! Ngapain kamu ?”, mata kak Endah menatapku tajam.
“ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat.
Wangi Hand Body Lotion tercium kemana-mana. Keringat dingin membasahi tubuhku yang hanya mengenakan training. Napasku tercekat manakala menyadari tatapan kak Endah ke atas tempat tidur, celana dalam ka Endah, langerie kak Endah, bantal guling, dan celana dalamku yang tak sempat kupakai atau kusembunyikan. Shittttt….sialan!
Kak Endah menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Endah pastinya dapat menebak kelakuanku.
“Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan susah payah aku bersuara. Tapi kak Endah tak memperdulikanku. Ia berlalu, langkah kakinya menjauhi kamar.
Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka.
Bergegas aku membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Endah !
“Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding.
“Bodoh, bodoh !”, aku mengutuk diriku sendiri. Aku malu sekali. Dengan penuh ketakutan aku bergegas ganti baju. Pikiranku kacau sekali. Aku dengan mengendap keluar rumah, motorku-pun kudorong keluar halaman.
Lalu aku kabur…ketempat kost temanku.
Tiga hari saya aku tidak pulang, rekanku hingga terheran-heran dengan kelakuanku. Namun saya taruh rapat-rapat permasalahan yang sesungguhnya. Saya cuma katakan lagi berantem sama kakaku.
Semula saya kebingungan juga kelamaan tak pulang, ingin pulang juga terasa bagaimanakah. Tetapi suatu telpon dari kak Endah bikin seluruhnya tambah baik,
“Dedi anda kemana saja? anda di mana? ”, terdengar nada kak Endah di HP ku, datar. “mm ng… dirumah teman kak? ”, kataku sedikit bergetar.
“Pulang…nanti jika mamah nanya bagaimana? ”, nada kak Endah masih tetap terdengar datar.
Namun sekurang-kurangnya hal semacam itu membuatku sedikit lega. “Iya kak! ”, lantas tidak terdengar lagi nada kak Endah. Saya tertegun sebagian waktu, tetapi lalu saya mengambil keputusan untuk pulang.
Tiba dirumah, tatapan kak Endah menyambutku. Saya tidak berani memandang berwajah. “kamu kemana saja? ”, nada kak Endah masih tetap terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari rumah Wawan kak! ”,bandarq
“Makan dulu…tuh kakak telah masak! ”, terdengar nada kak Endah dari ruangan tengah. “Iya kak! ”, bergegas saya ke meja makan. Melahap makanan yang ada dimeja makan, memang gua laperrrr!
Besoknya, situasi masih tetap merasa sangat hambar.
Kak Endah tidak mengucap sepatah katapun. Ia buang muka saat berpapasan dengan saya yang punya maksud ke kamar mandi. Usai mandi, ubah pakaian, kembali keruang makan. Saya serta kak Endah sarapan seperti umumnya, namun terasa situasi benar-benar mencekam.
Kak Endah terlihat cepat-cepat merampungkan sarapannya. Akupun bergegas menggunakan bekas makananku.
“Kak, maafin Dedi yah! ”, kataku sembari meletakan gelas yang airnya habis kuteguk.
Kak Endah tidak bertemura, namun matanya menatapku, penuh keheranan serta sinyal bertanya, atau mungkin saja tatapan apakah itu berarti.
Entahlah.
AGEN CAPSASUSUN ONLINE - Sekian hari setelah kondisi dirumah mulai merasa normal, malam itu kak Endah diruang tengah nonton TV atau mungkin saja membaca majalah. Entahlah atau dapat kedua-duanya, soalnya TV dinyalakan namun ia asik membaca majalah sembari telungkup dipermadani. Dagunya diganjal dengan bantal guling. Saya lalu duduk disofa, pas dibelakangnya. Terasa tubuhku gemetar melihat pandangan di hadapanku. Sittttt!!!! Pikiran gilaku melintas lagi.
Pantat kak Endah yang cuma dilapis selembar pakaian tidur tidak tebal demikian indah tampak. Garis celana dalam yang dikenakanya terlihat menggurat. Betisnya itu, alamak. Saya tidak tahan mau mengecapnya dengan lidahku. Dan…
“Bikin minum dong, haus nih…! ”, Kak Endah membalikan tubuhnya, serta lihat kearahku yang tengah nikmati sisi belakang badannya.
“Orange, atau susu? ”, tanpa ada sadar saya melirik kearah dadanya.
Kak Endah rasakan pandangan mataku, ia membenarkan leher pakaiannya.
“Susu deh! namun janganlah penuh-penuh yah! ”,
“Ok! ”, lantas saya pergi ke ruangan samping. Seperti kesukaannya bila buat susu ia pasti cuma minta 1/2 gelas.
“Takut tidak abis”, tuturnya!
“Nih kak! ”, kataku sembari menempatkan gelas susu disamping kanan. Lantas saya bergerak kesebelah kiri kak Endah. Kak Endah selekasnya mereguk minuman yang kusediakan untuk dia itu. Saya sendiri mencapai majalah yang tengah di baca Kak Endah.
“Ih apaan nih, sini! orang lagi di baca juga! ”, kak Endah berupaya mencapai majalahnya kembali. Pada akhirnya kulepaskan. Saya mengambil remote TV. Sembari tengkurap disamping kak Endah, saya memindah-mindah chanel.
“Kebiasaan Dedi mah, pindah-pindah selalu, balikin TransTV! ”, tuturnya sembari berupaya mencapai remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV.
Lantas saya memiringkan tubuh, saat ini saya menghadap kearah kak Endah. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali.
Lantas saya mutup ke-2 mataku rapat-rapat.
“Kak ingin bertanya, bisa? ”, kataku sembari terus memejamkan mata.
“Tanya apa sih! ”, ia menjawab tanpa ada melihat.
“ng…mmmm mengapa Dedi terakhir jadi aneh yah? ”,
“Maksudnya apa? ”,
“Tapi kak Endah janganlah geram yah! ”,
“Akhir-akhir ini, Dedi kerap error. Pikiranya yang begituuu.. saja.
Tidak siang tidak malem, pusing deh! ”,
“Mikirin apa sih? ”,
“Ah… kak Endah ini. Maksud Dedi… mmm janganlah geram yah. Terasa Dedi mudah terangsang deh! ”, kubuka mataku, keterkejutan terlihat diwajah kak Endah. Lantas ia menghela nafas panjang.
“Kebanyakan nonton film buruk kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar buruk seperti gitu! ”,
“Bisa juga sih…, bila masturbasi bahaya tidak sih kak? ”, saya kembali melemparkan pertanyaan yang mengagetkannya.
”Apaan sih gituan ditanya-tanyain?! ”, terlihat kak Endah agak gusar menimpali pertanyaanku.
“Kalau kata teman Dedi sih, mendingan masturbasi dari pada main sama cewek nakal, dapat penyakitan! ”,
Tidak terdengar komentar. Waduh saya kehabisan kalimat.
“Sebenarnya dikarenakan kak Endah sih! ”, serta saya menanti. Benar saja, kak Endah bereaksi. Ia menatapku penuh bertanya.
“Menurut suatu survai, 60 persen wanita lajang lakukan masturbasi, bener kan? ”, saya kembali melemparkan pukulan kalimat.
“Kata siapa anda? ”,
“Kata koran dannnnn… lubang kunci! ”,
“Maksud Dedi apa sih…? Kakak jadi pusing! ”,
“Dedi tahu rahasia kak Endah! ”,
“Rahasia apa? ”,
“Kak Endah sukai menggeliat-geliat di tempat tidur tanpa ada baju serta memeluk bantal guling! ”, pada akhirnya. Mata Kak Endah membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa geram serta malu, namun ia berupaya menutupinya.
“Kamu ngintip? ”,
“Gak berniat sih…! ”, kubenamkan mukaku dipermadani sembari menanti dampak setelah itu.
“Tapi tenang saja. Rahasia kak Endah aman kok ditangan Dedi.
Serta rahasia Dedi ada ditangan kak Endah.
Keduanya sama aman ok?! ”, Kak Endah tidak bertemura. Betul-betul terdiam. Ia jadi membolak-balikan halaman majalah.
“Meskipun ada satu rahasia lagi! ”, terlihat muka kak Endah kembali menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang saat ini juga menatapnya.
“Kak Sinta…! ”, kataku. Kak Endah betul-betul terhenyak. Ia bangkit sampai terduduk. Saya membalikan tubuh, terlentang disamping kak Endah.
“Tenang saja. Dedi tidak bakal membocorkannya ke siapa-siapa kok! ”,
“Dedi tahu seluruhnya? ”, kata kak Endah mendadak.
Pandangan matanya saat ini memelas serta penuh ketakutan.
Saya menganggukan kepala.
“Jangan katakan siapa-siapa, janganlah katakan mamah.
Please! ”, kak Endah mengguncang bahuku.
“Tenang…pokoknya aman! ”,
Kak Endah terlihat gelisah. Saya tak tega melihatnya.
Kak Endah yang sangatlah baik padaku sudah saya antarkan disuatu keadaan serba salah serta menakutkan baginya. Namun sudahlah.
Mendadak terdengar dering telp, bergegas saya bangun serta mengangkat gagang telpon.
“Halloo..! ”, terdengar nada wanita diseberang sana.
“Hallo…! ”, kataku
“Ini Dedi yah?, kak Endah ada? ”, nada itu terdengar lembut.
“ng.. ini siapa yah? ”, kataku sembari menduga-duga.
“Ini Sinta…kak Endah-nya ada? ”,
“Ada…sebentar ya kak! ”, kataku.
“Kak… ini kak Sinta! ”, kataku pada kak Endah. Kulihat mendadak expresi kak Endah menegang. Tetapi tidak urung ia mendekatiku, serta terima gagang telephone yang kusodorkan.
“Haloo.. ”,
Saya bergegas pergi, tidak mau mengganggu “sepasang kekasih” yang telepon-an. Saya naik ke lantai atas, menuju kekamarku sendiri. Kukunci pintu kamar, mematikan lampu, dengan perasaan campur aduk.
Sebagian waktu lalu kudengar langkah kaki kak Endah di tangga menuju kearah kamarku. Lantas mendadak saya mendengar ketukan serta nada kak Endah.
Saya terdiam, menanti. “Dedi…! ”, kembali terdengar ketukan. Kunyalakan lampu lantas buka kunci pintu kamar.bandarq
Tanpa ada kupersilahkan kak Endah menyeruak masuk lantas duduk di tepi tempat tidur. “Dedi…”, kak Endah mendadak memecahkan keheningan.
Saya yang akan menyalakan rokok, melihat.
Kulihat kak Endah menatapku dalam-dalam. Kelihatannya ada suatu hal yang mau disampaikanya. Tidak jadi menyalakan rokok. Saya menarik kursi, serta membalikanya hingga menghadap kearah kak Endah. Lantas saya duduk di hadapan kak Endah. “Dedi dapat pegang rahasia kan? ”, ia menatapku sungguh-sungguh. Ada ketakutan dimatanya
“Masalah apa? ”,
“Sinta…! ”,
“Oh…! ”, saya mengangguk perlahan-lahan.
“Jangan hingga Mamah tahu! ’,
Saya cuma menatapnya, lantas tersenyum hambar.
“Janji?! ”, kak Endah menatapku dalam-dalam.
“Janji! ”, kataku sambl mengacungkan telunjuk serta jari tengahku.
“Dedi bisa minta apa saja, pasti kakak turutin, prasyaratnya satu, tidak bisa bocorin rahasia! ”,
“Tenang…aman! ’, kataku agak bergetar.
“Dedi ingin minta apa sama kaka? ”, kelihatannya kak Endah coba bernegosiasi, he he….
“ng…gak minta apa-apa deh…mmm…”, sungguh tidak terpikir untuk minta suatu hal pada kak Endah, lagi juga saya sekalipun tidak kepirkiran untuk mengungkapkan rahasianya. Tetapi tatapan liarku kearah dada ka Endah sungguh dinterpretasikan oleh kak Endah.
“Kakak tahu kok apa yang Dedi kehendaki, sini…! ”, kak Endah menepuk spring bad, mungkin saja tujuannya menyuruhku duduk disebelahnya. Saya sangsi sebentar.
“Sini….! ”, tuturnya mengulang.
Walau sangsi saya lalu beranjak, serta dengan bingung saya duduk disampingnya. Darahku berdesir waktu jemari lembut kak Endah menyeka punggung tanganku. Lantas ia mencapai telapak tanganku.
Jemari tanganku digenggamnya.
“Pasti Dedi saat ini lagi error! ”, mendadak kak Endah berkata datar,
“Apaan sih kak? ”, kataku agak jengah.
“Pake pura-pura lagi! ”, kak Endah mendorong badanku.
Lantaran Kak Endah memberi isyarat supaya saya terlentang jadi saya selekasnya terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai.
“Dedi ingin ini kan? ”, jemari kak Endah merayapi pahaku.
Saya terhenyak menahan nafas. Lalu kak Endah tanpa ada sangsi mulai meremas kemaluanku perlahan-lahan, ahh….., ke-2 lututku terangkat parlahan, lantas kuturunkan lagi.
“Kak…”, kataku lirih
“sst…kakak tahu apa yang Dedi kehendaki, tenang aja…”, kak Endah betul-betul meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan-lahan merayap, bersamaan semakin mengerasnya batang kemaluanku. Kuraih bantal, kudekap sampai menutupi mukaku. Rasa jengah serta nikmat membaur jadi satu.
“Pake malu-malu lagi! ”, kak Endah memaksaku melepas bantal. Pada akhirnya buat aku cuma dapat tutup mata serta nikmati gelenyar kesenangan dari tiap-tiap remasan tangan kak Endah. “Ah…shhh.. kak….! ”,
Tanganku perlahan-lahan merayap kearah pinggang kak Endah, meremasnya perlahan-lahan bersamaan geliat kesenangan. Saya makin berani lantaran kak Endah tidak menampik remasan tanganku dipinggangnya.
Mendadak, “Udah ya…cukup segitu saja! ”, mendadak kak Endah hentikan remasan tanganya.
“Ah kakak! ”, saya merintih kecewa, nyaris saya melonjak bangun.
“Kenapa? ”, ia menatapku, suatu senyum seakan menggoda saya yang tengah konak. “Tanggung…please…! ”, saya merintih serta memelas.
“Dasar…. ”, tuturnya sembari memijit hidungku.
Tanpa ada sangsi saya melepas training yg kukenakan, kemaluanku yg sungguh sudah mengeras, mendongak…
Terlihat ada rasa jengah pada tatapan kak Endah, saya bangkit dari tidurku, “Please…! ”, lantas kuraih tangan kak Endah supaya menjamah kemaluanku. Pada akhirnya tidak urung kak Endah menuruti kemauanku.
Kembali kuhempaskan badan, lantas menanti kak Endah lakukan hal yg semestinya. Tangan lembut serta halus kak Endah menggenggam kemaluanku, kelihatannya ia agak sangsi, tubuhku mengerjap sebentar, saat tangan kak Endah mulai meramas kemaluanku dengan perlahan-lahan. Kupenjamkan mata, nikmati tiap-tiap kesenangan yang datang.
Makin lama hasratku makin kuat. Saya merintih, mendesah serta sesekali menggeliat.
Remasan tangan kak Endah memanglah nikmat, tetapi makin lama saya inginkan lebih, lantas saya mencapai Hand Body dari sela-sela tepi springbad, dengan gemetar kusodorkan pada kak Endah.
“Apa ini? ”,
AGEN ADUQ ONLINE - Walau tampak sangsi, perlahan-lahan kak Endah mencapai Hand Body Lotion, buka tutupnya, menumpahkannya ditangan kanannya.
Lantas ia melumuri kemaluanku. Ahhh..
“Maafin Dedi ya kak! ”,
“Iya anak nakal! ”, tuturnya. Mungkin saja semestinya ia tersenyum namun saya tak melihatnya.
“Digimanain? ”, tuturnya berbisik perlahan-lahan.
“Urut saja, keatas serta kebawah, pelan-pelan! ”,
“Begini…! ”,
“Ya…ah… shhh… kak Endah…! ”, akupun terbenam serta terbuai dalam kesenangan. Belaian lembut tangan Kak Endah sungguh bikin saya terlena. Serta tanpa ada kuminta kak Endah sudah cukup memahami saat telah agak jadi kering serta kesat ditambahkannya lagi cairan Hand Body itu. Ia sudah tahu yang kuinginkan.
Langkahnya mengurut serta meremas sungguh prima. Saya lalu cuma dapat pasrah, merintih serta mendesah.
“ssshhhh… kaka…mkasihhhh…. Mmmm shhhhh enak! ”,
Saya selalu merintih serta merintih. Kak Endah betul-betul memanjakan saya. Ia mengurut serta membelai bikin saya merasa melambung-lambung. Namun lama kelamaan ada rasa ngilu dikemaluanku.
Semakin lama semakin ngilu.bandarq
“kenapa? telah? ”, kak Endah ajukan pertanyaan saat tanganku menahan gerakan tanganya yang masih tetap mengurut serta membelai. “Ngilu…! ”, kataku berbisik.
Lantas saya bangkit dari tempat tidurku, hingga kami duduk berdampingan. Kak Endah tampak berupaya mengelap cairan Hand Body yang berlepotan ditanganya. Trainingku jadi korban. Tanggung sekalian kotor, akupun mengelap kemaluanku dari cairan handbody.
Kami terdiam, sebagian waktu.
“Tahu tidak sesungguhnya Dedi sukai pakai bantal guling. Seperti Kak Endah! ”,
“Apa enaknya…! ”, pertanyaan itu seakan terlontar demikian saja.
“Ya enak saja. Gesek-gesek. Sembari memikirkan tengah memeluk kak Endah! ”.
“Dasar! ”, ia memelintir kupingku.
“kak Endah…! ”,
‘Apa..? ”,
‘Tanggung nih! ”,
“Tanggung apanya? ”,
“Pura-pura jadi bantal guling ingin? ”,
“Apalagi nih! ”,
“Dedi tidak tahan nih. Namun kak Endah tidak usah cemas. Dedi tidak mengakibatkan kerusakan apa pun. Kak Endah terus berbaju komplit. Kak Endah cuma berbaring saja. Kelak Dedi…! ”, kak Endah terdiam tidak menjawab.
“Cuma gesek-gesek saja! ”, saya lalu menandaskan.
“Gimana? anda ini aneh-aneh saja? ”,
“Berbaring dahulu kak Endah-nya. Pokonya aman deh.
Dedi tidak bakalan mengakibatkan kerusakan apa pun. Janji! ”, kataku sembari 1/2 mendorong badan kak Endah.
Lantas ia melumuri kemaluanku. Ahhh..
“Maafin Dedi ya kak! ”,
“Iya anak nakal! ”, tuturnya. Mungkin saja semestinya ia tersenyum namun saya tak melihatnya.
“Digimanain? ”, tuturnya berbisik perlahan-lahan.
“Urut saja, keatas serta kebawah, pelan-pelan! ”,
“Begini…! ”,
“Ya…ah… shhh… kak Endah…! ”, akupun terbenam serta terbuai dalam kesenangan. Belaian lembut tangan Kak Endah sungguh bikin saya terlena. Serta tanpa ada kuminta kak Endah sudah cukup memahami saat telah agak jadi kering serta kesat ditambahkannya lagi cairan Hand Body itu. Ia sudah tahu yang kuinginkan.
Langkahnya mengurut serta meremas sungguh prima. Saya lalu cuma dapat pasrah, merintih serta mendesah.
“ssshhhh… kaka…mkasihhhh…. Mmmm shhhhh enak! ”,
Saya selalu merintih serta merintih. Kak Endah betul-betul memanjakan saya. Ia mengurut serta membelai bikin saya merasa melambung-lambung. Namun lama kelamaan ada rasa ngilu dikemaluanku.
Semakin lama semakin ngilu.bandarq
“kenapa? telah? ”, kak Endah ajukan pertanyaan saat tanganku menahan gerakan tanganya yang masih tetap mengurut serta membelai. “Ngilu…! ”, kataku berbisik.
Lantas saya bangkit dari tempat tidurku, hingga kami duduk berdampingan. Kak Endah tampak berupaya mengelap cairan Hand Body yang berlepotan ditanganya. Trainingku jadi korban. Tanggung sekalian kotor, akupun mengelap kemaluanku dari cairan handbody.
Kami terdiam, sebagian waktu.
“Tahu tidak sesungguhnya Dedi sukai pakai bantal guling. Seperti Kak Endah! ”,
“Apa enaknya…! ”, pertanyaan itu seakan terlontar demikian saja.
“Ya enak saja. Gesek-gesek. Sembari memikirkan tengah memeluk kak Endah! ”.
“Dasar! ”, ia memelintir kupingku.
“kak Endah…! ”,
‘Apa..? ”,
‘Tanggung nih! ”,
“Tanggung apanya? ”,
“Pura-pura jadi bantal guling ingin? ”,
“Apalagi nih! ”,
“Dedi tidak tahan nih. Namun kak Endah tidak usah cemas. Dedi tidak mengakibatkan kerusakan apa pun. Kak Endah terus berbaju komplit. Kak Endah cuma berbaring saja. Kelak Dedi…! ”, kak Endah terdiam tidak menjawab.
“Cuma gesek-gesek saja! ”, saya lalu menandaskan.
“Gimana? anda ini aneh-aneh saja? ”,
“Berbaring dahulu kak Endah-nya. Pokonya aman deh.
Dedi tidak bakalan mengakibatkan kerusakan apa pun. Janji! ”, kataku sembari 1/2 mendorong badan kak Endah.
AGEN BANDARQ ONLINE - Kak Endah tidak urung menurut. Ia beringsut keatas spring bad, lantas kubaringkan badannya sampai terlentang.
Dengan bergetar lalu saya berbaring menyamping. Lantas kakiku menyilang keatas dua kakinya. Selangkanganku saat ini melekat ke pahanya. Sayang masing terlindung baju yang dikenakannya. Namun lumayan enak.
Lantas saya mulai menggesek-gesekan kemaluanku kepaha kak Endah. Rasa nikmat perlahan-lahan mengalir bersamaan gesekan itu. Semakin lama semakin merasa enak. Tangan kak Endah kupaksa supaya ingin memutari pinggangku. Saya selalu menggesek serta menggesek. Sebentar saya bebaskan bajuku, saya saat ini telanjang bulat, menelungkup badan kak Endah yang masih tetap terbungkus Langerie…
”shhhh…. Mmmm enak kak. Enak! shhhhh ahhhh shhh! ”, tanpa ada sadar saya menciumi bahu kak Endah. Saya semaki berani lantaran kak Endah membiarkan saya menciumi pundaknya. Semakin lama badanku semakin berubah. Tahu-tahu saya saat ini ada di antara dua paha kak Endah. Kemaluanku menggesek-gesek persis kemaluan kak Endah. Sungguh nikmat. Geletar-geletar birahi semakin mencapai puncak.bandarq
Saya mendesis serta merintih sembari sesekali mendaratkan ciuman ke pundak kak Endah. Makin lama saya mengerti, tiap-tiap saya bergerak serta menggesek, badan kak Endah turut bergerak selaras gerakan badanku. Bahkan juga sekian kali ia membenarkan posisi pinggangku.
Kemaluanku selalu menggesek-gesek kemaluan kak Endah. Serta selalu bergoyang-goyang memiliki irama.
“Kurang keatas…sakit tahu! ”, nada ka Endah terdengar memburu.
Saya menurut. Saya bergerak lebih keatas. Paha kak Endah bergerak seakan berikan ruangan supaya badanku bergerak lebih leluasa.
“Pelan…pelan…”, ia mendesis,
“Enak kak? ’, pada akhirnya kulontarkan pertanyaan itu. Kak Endah terdiam. Tetapi nafasnya makin terdengar memburu. Jemari tangannya merasa meremas-remas punggungku.
Tanpa ada meminta kesepakatan saya berupaya mencapai celana dalam kak Endah.
“Mau apa? ”,
“Biar tidak sakit lepasin saja yah? ”, ia sedikit mempertahankanya.
“Please! ”, kataku. Pada akhirnya kak Endah menurut.
Bahkan juga kakinya bergerak-gerak membantuku melepas celana dalam itu. Saya tak punya maksud menyetubuhi kak Endah. Tak betul-betul maskudku. Agar bersentuhan lebih dekat saja. Serta untuk pertama kalinya dalam hidupku. Kemaluanku melekat pada kemaluan wanita. Sungguh sensasinya luar umum.bandarq
Dengan bergetar lalu saya berbaring menyamping. Lantas kakiku menyilang keatas dua kakinya. Selangkanganku saat ini melekat ke pahanya. Sayang masing terlindung baju yang dikenakannya. Namun lumayan enak.
Lantas saya mulai menggesek-gesekan kemaluanku kepaha kak Endah. Rasa nikmat perlahan-lahan mengalir bersamaan gesekan itu. Semakin lama semakin merasa enak. Tangan kak Endah kupaksa supaya ingin memutari pinggangku. Saya selalu menggesek serta menggesek. Sebentar saya bebaskan bajuku, saya saat ini telanjang bulat, menelungkup badan kak Endah yang masih tetap terbungkus Langerie…
”shhhh…. Mmmm enak kak. Enak! shhhhh ahhhh shhh! ”, tanpa ada sadar saya menciumi bahu kak Endah. Saya semaki berani lantaran kak Endah membiarkan saya menciumi pundaknya. Semakin lama badanku semakin berubah. Tahu-tahu saya saat ini ada di antara dua paha kak Endah. Kemaluanku menggesek-gesek persis kemaluan kak Endah. Sungguh nikmat. Geletar-geletar birahi semakin mencapai puncak.bandarq
Saya mendesis serta merintih sembari sesekali mendaratkan ciuman ke pundak kak Endah. Makin lama saya mengerti, tiap-tiap saya bergerak serta menggesek, badan kak Endah turut bergerak selaras gerakan badanku. Bahkan juga sekian kali ia membenarkan posisi pinggangku.
Kemaluanku selalu menggesek-gesek kemaluan kak Endah. Serta selalu bergoyang-goyang memiliki irama.
“Kurang keatas…sakit tahu! ”, nada ka Endah terdengar memburu.
Saya menurut. Saya bergerak lebih keatas. Paha kak Endah bergerak seakan berikan ruangan supaya badanku bergerak lebih leluasa.
“Pelan…pelan…”, ia mendesis,
“Enak kak? ’, pada akhirnya kulontarkan pertanyaan itu. Kak Endah terdiam. Tetapi nafasnya makin terdengar memburu. Jemari tangannya merasa meremas-remas punggungku.
Tanpa ada meminta kesepakatan saya berupaya mencapai celana dalam kak Endah.
“Mau apa? ”,
“Biar tidak sakit lepasin saja yah? ”, ia sedikit mempertahankanya.
“Please! ”, kataku. Pada akhirnya kak Endah menurut.
Bahkan juga kakinya bergerak-gerak membantuku melepas celana dalam itu. Saya tak punya maksud menyetubuhi kak Endah. Tak betul-betul maskudku. Agar bersentuhan lebih dekat saja. Serta untuk pertama kalinya dalam hidupku. Kemaluanku melekat pada kemaluan wanita. Sungguh sensasinya luar umum.bandarq
ikut berdiskusi pada "SESUATU BANGET YA KAK?"
Posting Komentar
Bagaimana pendapat anda tentang Game Online Indonesia tersebut, kawan?